BUA0GfG0TSApTSY7GUGoTfzoTi==
  • Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh

Guru Dilarang Pakai Kata "Aku" Saat Mengajar, Ini Alasannya

Guru Dilarang Pakai Kata Aku Saat Mengajar, Ini Alasannya

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di lingkungan pendidikan kembali menjadi sorotan. Salah satu hal yang kini menjadi perhatian serius adalah larangan penggunaan kata ganti “Aku” oleh guru saat mengajar di sekolah.

Aturan ini bukan tanpa alasan. Pemerintah telah menetapkan pedoman pengawasan bahasa di ruang publik, termasuk pendidikan, yang menekankan pentingnya penggunaan bahasa formal sesuai kaidah. Lantas, mengapa kata “Aku” dianggap tidak tepat digunakan dalam konteks pendidikan? Apa saja dampaknya jika aturan ini dilanggar?

Pedoman Pengawasan Bahasa di Dunia Pendidikan

Dalam upaya menertibkan penggunaan bahasa di ruang publik, pemerintah melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa telah menerbitkan pedoman resmi terkait pengawasan bahasa. Pedoman ini berlaku di berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan.

Tujuannya jelas: memastikan bahwa bahasa Indonesia digunakan sesuai dengan standar kebakuan dan norma formal dalam konteks publik.

Salah satu poin yang diatur adalah penggunaan kata ganti dalam komunikasi formal. Kata “Aku” yang sebenarnya merupakan kata baku, masuk dalam kategori ragam akrab atau tidak resmi. Oleh karena itu, penggunaannya dinilai kurang tepat dalam situasi seperti mengajar, rapat, pidato, atau pertemuan resmi lainnya.

Mengapa Kata "Aku" Dilarang di Lingkungan Sekolah?


Perbedaan Antara Ragam Resmi dan Ragam Akrab

Dalam bahasa Indonesia, terdapat dua jenis ragam utama: ragam resmi dan ragam akrab.

  • Ragam resmi digunakan dalam situasi formal, seperti pendidikan, pemerintahan, atau media massa.
  • Ragam akrab lebih cocok untuk komunikasi personal, seperti percakapan dengan teman atau keluarga.

Kata “Aku” termasuk dalam ragam akrab. Meski tidak salah secara gramatikal, penggunaannya dalam konteks resmi, seperti saat guru menyampaikan materi di depan kelas, dianggap tidak sesuai.

Pentingnya Bahasa Formal dalam Pembentukan Karakter

Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga sarana pembentukan karakter dan wibawa dalam interaksi sosial. Ketika guru menggunakan bahasa formal, termasuk kata ganti yang sesuai seperti “saya,” hal ini akan menciptakan suasana yang lebih profesional dan mendidik siswa untuk membedakan situasi formal dan informal.

Jika guru terbiasa menggunakan kata “Aku,” siswa dapat meniru gaya tersebut dalam konteks yang tidak tepat, seperti saat berbicara dalam forum resmi, menulis esai, atau mengikuti wawancara kerja.

Fenomena Kata “Aku” di Kalangan Anak Muda dan Profesional Muda

Fenomena penggunaan kata “Aku” sebenarnya telah meluas, terutama di kalangan generasi muda dan pekerja baru.

Di media sosial, vlog, atau bahkan di lingkungan kerja, banyak orang merasa bahwa penggunaan kata “Aku” terdengar lebih santai, jujur, dan dekat.

Namun, dalam dunia profesional, penggunaan kata ganti ini bisa menimbulkan persepsi kurang profesional jika disampaikan dalam forum resmi.

Karena itulah, penting untuk membedakan konteks penggunaan bahasa—apakah sedang berada dalam percakapan pribadi atau situasi profesional yang menuntut kesopanan dan kejelasan.

Implikasi Aturan Ini bagi Guru dan Dunia Pendidikan


Menjaga Standar Bahasa di Ruang Kelas

Dengan adanya aturan ini, guru dituntut untuk menjadi teladan dalam berbahasa. Menggunakan kata “saya” saat mengajar bukan hanya soal aturan, tetapi juga contoh nyata bagi peserta didik tentang bagaimana berkomunikasi secara baik dan sesuai tempat.

Konsistensi Penggunaan Bahasa di Semua Lini

Untuk mendukung efektivitas kebijakan ini, penting bagi institusi pendidikan untuk menyosialisasikan pedoman ini secara menyeluruh. Tidak hanya guru, tetapi juga kepala sekolah, tenaga kependidikan, dan bahkan siswa perlu memahami pentingnya menjaga standar bahasa.

Bagaimana Jika Masih Menggunakan “Aku” Saat Mengajar?

Jika guru tetap menggunakan kata “Aku” dalam situasi mengajar, tentu tidak ada sanksi hukum secara langsung. Namun, ini bisa menjadi catatan dalam penilaian profesionalisme atau evaluasi kinerja. Selain itu, ketidaksesuaian penggunaan bahasa ini juga dapat mengurangi wibawa guru di mata siswa dan rekan sejawat.

Lebih dari itu, penggunaan bahasa yang tidak sesuai dapat menciptakan kebingungan dalam pembelajaran bahasa Indonesia itu sendiri. Bayangkan jika guru mengatakan satu hal di kelas, tetapi buku teks mengajarkan hal yang berbeda, ini bisa berdampak pada pemahaman siswa tentang kaidah bahasa.

Solusi dan Tips untuk Guru

Agar lebih mudah membiasakan diri menggunakan kata ganti yang tepat, berikut beberapa tips untuk guru:

  • Latihan komunikasi formal, terutama saat menyampaikan materi atau memberikan pengumuman.
  • Gunakan contoh dalam buku teks sebagai acuan gaya bahasa.
  • Diskusi bersama sesama guru tentang penerapan bahasa formal di kelas.
  • Libatkan siswa dalam latihan membedakan ragam bahasa resmi dan akrab. Ini bisa jadi materi tambahan yang edukatif dan menyenangkan.

Bahasa Guru Mempengaruhi Generasi

Penggunaan bahasa di ruang pendidikan bukan sekadar soal gaya, tapi tentang tanggung jawab. Guru adalah panutan dalam banyak aspek, termasuk dalam berbahasa.

Dengan menggunakan kata ganti yang sesuai, seperti “saya” untuk konteks formal, guru tidak hanya mematuhi aturan, tetapi juga memberi teladan penting kepada siswa.

Pedoman pengawasan bahasa ini bukan untuk membatasi kreativitas, melainkan untuk menjaga standar komunikasi yang baik dan benar.

Yuk, mulai bijak dalam memilih kata, karena setiap kata mencerminkan nilai yang kita tanamkan pada generasi mendatang.

Guru Dilarang Pakai Kata "Aku" Saat Mengajar, Ini Alasannya

0